Hai,
Terima kasih untuk berkenan membaca surat ini. Semoga kau tak merasakan gemetarnya tanganku saat menulisnya. Seperti detak jantung kekasih yang akan menemui kekasihnya untuk pertama kali. Darah di dalam tubuhku seperti di dorong naik turun dari kepala hingga telapak kakiku.
Apakah jatuh cinta sekuat ini? Dan aku merasakannya terhadapmu berulangkali. Mungkin kau tak pernah tahu, karena jarak ada di antara kita sedemikian jauh, tapi tak apa karena aku yakin kau juga.
Entahlah, aku mencintaimu dengan atau tanpamu di sini. Kita menyepakati jarak, menaruh percaya kepada waktu yang terus berdetak. Oh, aku menuliskan ini dengan detak jantung seorang penonton sepak bola yang menyaksikan tim kesayangannya melakukan adu penalti. Antara yakin akan kemenangan dan sorak sorai setelahnya, dan kecemasan akan kekalahan yang harus mampu diterimanya.
Setibanya aku menjejak tanah kotamu, nanti, aku akan rela membiarkan tubuhku dipenuhi gemetar asal tubuhmu rela untuk kupeluki. Segera aku akan menuju kotamu. Mendamaikan kangen yang sebelumnya seperti dimusuhi waktu; tak ada ijin untuk menemuimu.
Terima kasih kau telah bersedia menunggu.
Segera aku akan menghapus jarak. Supaya kau dan aku tak pernah jauh, bahkan jika dibandingkan dengan spasi dalam tulisan ini.
Salam,
Aku dalam jarak.
(Surat ke #5)
ahh... bagus nih buat pasangan LDR :')
BalasHapusbtw, 'didorong' bukan 'di dorong'. :p
Hidup laskar LDR (҂'̀⌣'́)9
HapusMakasih, kak. (.__. )/|typo|