Sasi,
Biarlah semesta yang bekerja. Sedang kita tetap di sini, berdetak dan ada.
Kau menyukai pagi tampaknya. Menyaksikan putri malu menutup diri dalam tangkapanmu. Bertemu dengan cahaya matahari. Padahal kau bulan, sinar paling terang setiap malam. Sedang, aku selalu nyaman dengan malam, bahkan dini hari adalah waktu paling indah untukku menikmati hari. Asalkan tidak ada cerita hantu. --"
Oh, maaf untuk ibumu. Semoga beliau bertemu ibuku di surga. Mengenai ayahmu, seperti doamu semoga beliau baik di manapun beliau berada.
Kau sudah menemukan sesuatu mengenai kota ini. Kau sudah menemukan sesuatu sebagai duniamu. Jika duniamu adalah kedai ini, maka aku juga turut dalam duniamu, Sasi. Kuharap aku tak mengacaukan hidupmu.
Menu barumu, Sasi, sangat memanjakan lidahku. Tapi memang manisnya cukup kuat, mungkin karena yang membuatnya punya senyum yang begitu gula, atau mungkin karena aku sendiri sudah teramat manis? hahaha.. Bercanda, Sasi. Lain kali kupesan dengan catatan gulanya dikurangi. Bukannya takut gemuk, aku hanya takkan bisa tidur jika terlalu banyak gula masuk ke tubuhku. Dari kecil aku begitu.
Nona matahari? Dia berada jauh denganku sekarang. Kilometernya tak kuhitung, lagi pula aku tak begitu berminat untuk menghitungnya. Aku sudah kerepotan dengan hitungan kangenku sendiri.
jarak bukan lagi perihal hitungan, doa mengantarkannya begitu cepat begitu dekat.
Salam,
Suvan Asvathama
(membalas surat Sasi Kirana @_bianglala)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar