Sabtu, 01 Februari 2014

hujan musim ini

Hujan, sayang. Teras atas banjir tempias. Aku di dalam kamar mendengarkan lagu kesukaanmu dan menulis surat ini untukmu. Rupanya hujan sedang gemar bermain musim ini. Bumi tak henti diberinya basah. Dan aku flu.

Tenang. Kau tak perlu khawatir. Ini flu yang hanya akan membuat hidungku tersumbat untuk beberapa hari saja. Tidak akan mengurangi kangen dan sayangku untukmu.

Kau tahu aku tak suka obat, maka aku menyeduh segelas madu hangat dan sesekali menghirup inhaler seperti yang kau sarankan waktu flu bertamu di tubuhku semusim hujan lalu.

Aku tak mau mengeluh tentang flu yang tak seberapa ini. Sungguh tak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan kangen yang jatuh bertubi-tubi di dadaku, seperti hujan menghempas deras di atap rumahku yang seng. Kau paham betapa berisiknya suara itu di kepalaku dan aku harus mampu dan mau menikmatinya sampai reda.

Sayang, semoga hujan yang sedang senang bertandang tak juga menitipkan flu di tubuh lembutmu itu. Minumlah madu dan terus mengingatku. Selagi jarak belum mampu kita tempuh, semoga musim tetap menjaga kangen untuk terus bermukim.


Salam,

Kekasihmu yang sedang flu.


( Surat hari #2 )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar