Jumat, 07 Februari 2014

sedikit mengenai aku

Selamat siang, Sasi..

Hari ini aku absen dari sudut menepikan sepi. Ada yang harus kuselesaikan segera. Oleh karenanya, aku hanya mampir sejenak di kedaimu. Sekadar menitipkan surat balasan ini. Tapi aku tetap memesan pisang goreng  madu untuk kubawa pulang.

Semoga sebait puisi kemarin membantu tubuhmu sedikit hangat, selain setangkup roti madu yang kausajikan untuk dirimu sendiri. Semoga kau juga lekas pulih dan kembali.

Tak apa. Sudah tak ada kesedihan jika tentang ibuku. Lagipula, malaikat seperti dia memang harus dikenang sebagai kebahagiaan, bukan? Pun juga tentang semua ibu di ingatan anaknya.

Meja yang hampir pasti sepi itu? Aku bahkan tak terlalu menggubris jika di sana hanya ada tiga kursi saja. Maaf, Sasi, kebiasaan burukku adalah tak terlalu peka dengan sekitar. Bahkan ibuku dulu menganggapku sebagai orang yang paling sibuk dengan dunianya sendiri. Bukan. Aku bukannya egois, hanya karena aku tak suka mengganggu orang lain biar orang lain juga tak akan menggangguku. Mungkin ini sikap yang kelewatan jadi sifat. Tapi karena kau telah bercerita mengenai meja sebelah kiriku, mulai saat ini akan kuperhatikan dengan baik. Atau setidaknya aku akan menghormati entah apa yang ada di sana. Terima kasih untuk info meja sebelahnya. Meskipun aku jadi agak takut sekarang. Aku memang sedikit penakut.. hehehehe

Aku akan terus menulis, sebab di sana, apa saja yang telah tertera takkan hilang begitu saja. Kecuali kau sendiri yang menghapusnya.

Sebab puisi, adalah rumah bagi sepi. Hangat dalam dada ini, disimpan rapi oleh sunyi.

Salam,
Suvan Asvathama

(Membalas surat Sasi Kirana @_bianglala)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar