Ini lucu sekali. Aku berusaha mengikuti kesukaanmu dan kau juga ingin mengerti apa kesukaanku. Kita sering saling diam atau bertanya tentang masing-masing kemauman. Dan kita hanya menemukan dua mangkuk bakso dan dua gelas es jeruk di depan kita.
Mangkuk-mangkuk berdenting bertemu dengan ayunan sendok kita. Memecah sepi yang ombak dan sampai di telingaku telingamu yang pantai. Maka tangkaplah suara itu sebagai gemuruh paling tanya; apakah kau suka dengan menunya?
Uap panas dari bakso itu mengembun di kacamataku. Sampai juga di liontin di depan dadamu. Anggap saja itu cinta yang malu-malu menyatakan menu ini tak apa.
Es jeruknya menetes acap kali kau angkat gelas dari mejamu. Kita masih diam menikmati menu, meski sesungguhnya kita tersiksa atas nama menu dan bisu basi kita.
Sudahlah, sayang, yang penting kita berkencan.
Salam,
Penentu menu, kekasihmu.
(surat hari ke #16)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar