Jumat, 21 Februari 2014

Jangan Merasa Sepi

Sasi,

Kulewatkan satu senja tanpa duduk di sudut menepikan sepi kedaimu. Tidak, aku tak pergi jauh. Pernah kukatakan padamu, aku tak pernah meninggalkan kota ini, dan kurasa aku takkan sanggup meninggalkan kota kecil ini. Aku hanya harus menemui seseorang. Mendadak memang, tapi demi pekerjaan daripada aku tak digaji, nanti bagaimana aku pesan kopi di Kayu Manis ini? Ehehehe.. Lagipula sudah menjadi tanggung jawabku. Hari ini aku kembali. Tapi aku tak melihatmu di dapur. Kau ke mana? Semesta masih mengajak kita bermain rupanya.

Aku pernah bertemu Anto di depan rumahku.  Dia sedang mencari rumah temannya. Sayang waktu itu dia tak sempat mampir. Bahkan saat kemarin dia mengantar surat ini, aku tak bertemu dengannya. Anto tak sempat mampir lagi. Anto meletakkan suratmu di depan pintu dan aku menemukannya malam waktu aku pulang.

Kau takkan pernah kesepian. Kedaimu bahkan tak pernah sekalipun kosong. Kau bisa menemukan banyak tawa hanya dengan bersembunyi di dapur dan mengintip ke luar. Taman putri malu, aku juga sudah cukup lama tak ke sana. Pekerjaanku cukup menyita waktu. Untung aku masih punya sedikit waktu luang untuk sekadar menepikan sepi  di sudut kedaimu.

Sasi,
Terima kasih untuk cup cake-mu. Bagaimana mungkin aku tak menghabiskannya. Racikan tanganmu sangat memanjakan lidahku.

"Jika tibaku tak juga sampai, kau tak perlu risau. Ada banyak senyum bisa kau rangkai, jangan jadikan sepi sebagai pisau."

Salam,
Suvan Asvathama


(Membalas surat Sasi Kirana @_bianglala)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar