Rabu, 20 Desember 2017

Siapakah nanti?

Pada waktu yang tak bisa ditentukan
Aku tak menyebutnya apa-apa

Bukan mengenai kepastian yang aku tunggu
Selama ini

Hanya saja bila tiba waktunya
     Aku akan menggenggam
     Sekuat angin tak melepas badai
     Sehebat debur ombak menampar-tampar pantai

Apa iya kau tega jika akhirnya bukan kita?
Melainkan cuma senyuman
     Yang diikat udara
     Di dalam balon warna hijau
     Lalu meletus
     Dan lenyap

Jika nantinya bukan kita
Siapakah yang akan ada?

Minggu, 05 November 2017

Pisah

Sekiranya aku lelah
Jalan yang kita tempuh sesungguhnya sudah terlalu jauh
Berpuluh simpangan sanggup kita bantah
Hanya saja, ada satu persimpangan lupa memberi kita waktu
Seolah detik yang ada cuma perdebatan tak berujung

Pada kata yang sungguh tak pernah tepat, kita berhenti
Bukannya menyerah atau pasrah
Kita tertegun pada masing-masing sikap
Lalu sepatu kita menuju tempat asing
Di mana tak ada lagi kamu di arahku
Dan tak ada lagi aku di arahmu

Rabu, 31 Mei 2017

Aku

Aku sejumput pasir beraroma amis laut yang tak kau cintai. Lengang saat matahari sore tak lagi jingga atau angin mulai ribut mengabarkan malam.

Aku riak ombak, menggulung di basah-basah hitam pasir. Meramaikan pesta kesedihan yang asinnya tak hanya dimiliki airmata, yang entah bagaimana bisa dipanen terus dari palung mataku.

Aku tebing curam di ujung sana. Aku kehilangan yang menyamar sebagai debur-debur ombak. Sebagai ganti detak yang bukan lagi milikmu tetapi berusaha tetap hidup.

Aku mendung langit yang mengembara di atas laut dan mencari pantai untuk dijatuhi hujan.

Aku cinta yang patah, tetapi terus menulis namamu di pasir yang tersapu ombak, yang disajikan sore sebelum petang. Dan hilang.

Rabu, 08 Februari 2017

Bising Ini

Bising ini,
sepi di dalam kepalaku
seperti aku memasuki rumah tua
dengan bunyi retak kayu pada pintu
di dalam tak ada apa-apa
kecuali pengap udara dan ruang penuh sarang laba-laba
Maka,
aku adalah seorang anak yang ketakutan
akan pikirannya sendiri
seolah-olah ada banyak hantu di tiap ujung ruang
siap menyergap dan membuatku tumbang

Bising ini,
senyap di dalam anganku
selayak kening danau dilempar kerikil
lahir kecipak yang adalah harapan demi harapan
lalu hening lagi
waktu kerikil tenggelam
lalu senyap lagi
karena kecipak mati dibunuh tenang danaunya sendiri

Bising ini,
cuma kehilangan yang menampakkan diri
lagi.

Minggu, 15 Januari 2017

Aku Tau Rasanya

Aku tahu rasanya ditinggalkan.
Juga ketika harus meninggalkan.
Tidak ada rasa sakit yang melebihi pergi.
Kamu mungkin tidak tahu, bagaimana aku harus berjuang dengan ketiadaanmu.
Sekalipun aku dapat pengganti, barangkali itu cuma ingin yang mencemaskan kesedihanku.
Aku masih mau kamu di sini.
Tetapi aku bukan lagi orang yang kau anggap egois, maka kubiarkan kamu pergi dan berbahagia.

Aku masih ingat bagaimana kamu menutup telepon tanpa pamit lalu tak pernah kembali.
Seperti membuka permen yang bungkusnya telah lengket dan menempel di tanganku, tetapi permennya jatuh dan aku kehilangan manisnya.

Seperti lagi-lagi aku dikenalkan dengan teman lama yang dulu pernah menyakiti aku dengan lembutnya.