Selasa, 25 Februari 2014

Panas Di Ujung Malam

Untukmu,
Aku ingin menceritakan sebuah malam yang kulalui, yang mungkin saja kau belum tahu.

Begini.. Di sebuah malam, aku membiarkan gelap membuatku gerah. Aku kepanasan. Padahal angin datang cukup rapat. Aku melepas bajuku, sampai dadaku bersentuhan langsung dengan dingin yang dibawa angin. Tapi aku masih kepanasan. Aku telanjang di separuh tubuhku, di bagian dada yang detaknya mengendarai ingin ke jarak tanpa peduli lagi bahwa udara sungguh sangat tak bersahabat. Panas di tubuhku, dingin di ujung waktu.

Maka tubuh inilah yang menangkap angin sebagai isyarat. Pertama kali memahami malam masih akan panjang dan pagi belum sampai di sini. Tapi dadaku yang mulai kedinginan perlahan menyadari embun satu persatu sujud di lelap daun-daun. Sampai manakah tubuh ini akan bertahan? Panas di tubuhku, dingin di ujung waktu.

Demikian sepi dan kuatnya aku bertahan, sayang. Jika kau tahu, inilah pertama kalinya aku bermain dengan seluruh kemauanku. Kau melempar dadu, dan aku menjalankan bidak ini sendirian. Berlari-lari mencari tangga menghindari ular yang akan menjauhkan tujuan. Sampai aku kepanasan dan membiarkan malam melepas bajuku. Sepertinya aku mencintaimu. Panas di tubuhku, dingin di ujung malam.

Ini ceritaku waktu malam
Demikian
Aku mencarimu

Salam,
Pencarimu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar