Semoga kamu masih punya pintu, karena aku tak tahu ke mana lagi akan mengetuk ketika aku ingin pulang. Kamu adalah rumah setelah aku memberanikan diri melepas pelukan ibuku.
Semoga kamu masih punya perahu, karena pantai tempatku berpijak menikmati senja tak punya kamu. Aku mau meminjam perahumu supaya cepat aku menemukanmu tanpa tersesat. Dengan perahumu juga aku akan mengarungi laut, menempuh gelombang sampai cakrawala menuntaskan usia.
Semoga kamu masih punya kanvas, karena aku mau melukis semua yang hidup di kepalaku dan mengenalkannya padamu. Meski sesungguhnya di dalam kepalaku adalah kamu. Dan kanvas itu akan menjadi lembar yang mencatat semua hidupku dan hidupmu, supaya kita mudah mengingatnya.
Semoga kamu masih punya tali, karena aku mau menyimpul hidupku dan hidupmu, menyatukan tujuan dan masa depan kita yang bahagia supaya bisa ditalipitakan oleh Tuhan.
Semoga kamu masih punya waktu untuk membaca surat ini dan semoga kamu tak membacanya sembari menangis.
Semoga, aku menjadi semoga yang kamu aminkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar