Rabu, 25 Februari 2015

Pahamilah Aku

Setiap malam, waktu bintang mulai membuka cahaya, aku merasa ada bunga sengaja membuka kelopaknya di tengah taman. Lalu aku membeli vas dari penjual kaki lima yang tangannya terluka karena pecahan vas lainnya yang tak jadi aku beli. Kau bunga itu dan aku takkan menyengajakan untuk melukaimu.

Aku mengumpulkan bunga yang mekar kelopaknya setiap malam. Dan mencatat beberapa duri yang turut serta di tangkainya sebagai ingatan tentang luka sambil tersenyum. Kau mungkin bingung aku menulis apa di sini. Tetapi begitulah yang terjadi kalau aku menceritakan tentangmu kepadamu.

Kata-kataku barangkali petualang yang menemui labirin dan akhirnya hanya tersesat dan tersesat. Sementara hidup dan waktu sedang membangun pintu dan memasang kuncinya supaya nanti aku bisa keluar. Tetapi aku takkan ke mana-mana karena meninggalkanmu adalah melemahkan diriku sendiri. Mana rela aku melepas peluk paling menenangkan milik hidup?

Kepadamu, aku mohon untuk terus memahami aku. Karena tanganku akan terus menulis dengan lengan yang juga terus memelukimu. Andaikan kau tak paham, semoga waktu yang menitnya akan pecah jadi detik dapat mencerna semua perasaanku dan menjelaskannya perlahan kepadamu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar