Bukan baru kemarin aku mengenalmu. Kamu adalah dua sendok kopi dan sesendok gula yang kuseduh di cangkir kopi setiap pagi. Kamu adalah lagu yang kuputar di kepala setiap waktu. Kamu juga adalah huruf-huruf yang tertulis di semua bukuku.
Aku tak pernah menghitung berapa jumlah rambutmu, tapi aku tahu yang jatuh di bantalku adalah milikmu, karena kau akan terus memainkan rambutmu saat kita berbincang sambil sesekali meletakkan kepalamu yang lelah dan rebah. Telingaku juga telah paham bagaimana saat kamu mulai marah, lelah atau manja kepadaku. Getar suaramu akan berubah-ubah dan menyentil tanganku untuk langsung memelukmu. Bau tubuhmu tak berubah meskipun kau menggunakan parfum yang berbeda-beda, atau sekalipun kau mengganti sabun mandimu.
Aku tahu kau selalu menyeduh teh tanpa gula setiap pagi, selalu menyimpan tiket film sehabis kita nonton, selalu marah kalau aku telat makan, selalu memesan air putih di mana pun kita makan, selalu panik dan menangis kalau tahu aku sakit walaupun cuma pusing biasa.
Sayang, kebiasaan-kebiasaanmu sudah tercatat rapi di dalam kepalaku. Kebiasaan-kebiasaanmu pula yang melatih ingatanku untuk tak mudah lupa. Sebegitu banyaknya hal yang kuingat tentangmu, aku masih mau untuk terus mengenal dan menambah catatan mengenai kebiasaanmu yang lain. Maka hiduplah terus denganku dan penuhi kepalaku dengan semua kebiasaanmu itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar