Hai,
Dari banyak surat di #30HariMenulisSuratCinta, aku memilih suratmu. Surat yang kau tulis tanggal 21 Februari 2015 sebagai surat ke-23 yang lalu. Selain karena surat itu memang untukku, tetapi juga di dalamnya kau menulis tentang pantai. Sesuatu hal yang kau tahu benar bahwa aku tak bisa lepas dari sana.
Kata-katamu begitu hidup. Membaca suratmu saja aku sudah seperti di sana, di Pantai Glagah meski pun sekali saja aku belum pernah ke sana. Aku bahkan bisa mendengar ombak dari huruf-hurufmu. Semacam senyap yang berbisik merdu seperti lagu yang kudengar dari jauh.
Suratmu adalah surat sederhana yang di dalamnya sedang membangun pesawat. Di akhir aku selesai membacanya, aku diajak terbang, pergi merelakan semua kesedihan. Menuju ke senja di mana kamu pernah berada, di tepi pantai itu.
Lala, terima kasih sudah menulis surat dan menceritakan sebuah pantai untukku. Sementara aku sibuk dengan perihal-perihal mauku sendiri. Kali lain akan kuceritakan tentang entah apa saja yang bisa kuceritakan.
Semoga kau segera benar pulih dan terus menulis. Barangkali ada pantai yang bisa kau kunjungi, lalu menceritakannya kepadaku. Akan kucatat dan jika waktu berjodoh dengan detikku, akan kukunjungi nanti. Paru-paruku butuh angin laut, telingaku butuh debur ombak, mataku butuh senja tanpa batas, juga kakiku butuh pasir. Sungguh, seluruhku ingin di pantai sampai subuh dan penuh.
Untuk @_bianglala
Tidak ada komentar:
Posting Komentar