Ada banyak tawa hari ini. Terima kasih sudah memberi warna baru dalam bahagiaku. Juga hujan yang kau biarkan mampir di dahimu, dan memberikan kesempatan bagi tanganku untuk menyekanya. Menangkap hangat dan tanpa sengaja menyentuh matamu yang gemerlap tenang.
Hari ini, kita bermain dengan hujan dan pelukan. Bergantian bercerita, tanpa melepas tatapan. Jika ini kebahagiaan, akan kujaga untuk kita. Andai saja nanti ada jeda, tidak kuamini satupun luka. Aku berterimakasih kepadamu dan bersyukur pada Tuhanku.
Tadi aku bercerita mengenai seseorang, terima kasih untuk tidak cemburu. Sebab kamu tahu siapa yang ada dalam ceritaku. Seseorang bukan siapa-siapa, seseorang yang lewat begitu saja. Kuputuskan bercerita kepadamu, karena aku yakin kamu bisa menenangkan resah dalam dadaku. Seseorang itu datang dan menampar-nampar pikiranku dengan semaunya. Sudah lupakan, katamu. Aku iyakan.
Sore ini, dalam pelukanmu, aku menulis surat yang juga langsung kau baca. Menulis dengan hangat tubuhmu mengalir ke jari-jari tanganku. Menulis dengan senyuman yang kau hantarkan dengan ketulusan. Terima kasih, sayangku.
Sudah kau baca suratku, maka mengakhiri dengan kecupan di dekat bibirmu adalah ucapan salam pamit yang begitu menenangkan gemuruh kebahagiaanku.
Terima kasih, kesayanganku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar