Selamat sore, kota kecil..
Tak terasa, sudah hampir separuh dasawarsa aku menginjakkan kakiku di tanah merahmu. Sudah begitu banyak sudut-sudut, dari tengah kota sampai pelosok desa kujelajahi untuk menikmati indahmu. Ada begitu banyak kenangan tinggal dan menetap, yang kulupa dan masih tetap kuingat.
Satu sudut di tanahmu yang terus kukunjungi, dan di sanalah harapanku tentang tangga masa depan dijejakkan. Sebuah gedung tua bercat abu-abu dan merah muda, aku akan menamatkan gelar kesarjanaanku di sana. Pun di gedung itu pula semua kenanganku mengenaimu kumulakan.
Dari asing, hingga mengenal bermacam sapa. Pun sekarang, segala sapa itu sudah menjadi catatan berupa sedih-luka dan senang-bahagia. Satu sudut ruang tanpa pernah mengenal lelah untuk mengajarkan ilmu. Tak pernah luput pula tentang rindu.
Di sudut ruangmu masih kukunjungi di waktu-waktuku. Sekadar berbagi cerita dan tawa. Sekadar menaruh kabar bahwa aku masih ada. Pun satu minggu yang lalu, saat kabar kesedihan tertumpah begitu dalam. Sebuah hal yang tak pernah diharapkan. Guru, ayah, sahabat, kakek bahkan, telah lebih dulu berpulang. Di sudut ruangmu ini rapuh seketika. Dari mata-mata jatuh airmata. Di sudut ruangmu pula, tangan yang bergenggaman memberikan kekuatannya.
Kaulah sudut tua, lusuh itu. Sebuah sudut di kota kecil dengan segala adanya, namun aku mampu hidup dan jatuh cinta untuk bahagianya.
Salatiga, separuh jiwaku ada untukmu yang bersahaja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar