ijinkan aku mencium keningmu
menitipkan yang ingin rengkuh di kepalaku
sekalian meletakkan takdir yang ingin kuucap namun kelu di suaraku
tiba-tiba ada gelisah luntur dari baju rindu
menjadi warna bertumpuk-tumpuk di ujung yakin
di matamu kini, aku ingin menari-nari seirama kedip
menuai sembunyi kerling seperti debu yang tak lagi berani memerah-pedihkan matamu
di kepalamu, aku mau jadi sesuatu yang berputar tak memusingkanmu
tetapi kau perangkap sebagai jejatuhan ingat paling menenangkanmu
kau takkan butuh obat, hanya menatapku, lalu mendekat untuk dekap
di bibirmu kini, aku menjadi pagut yang kau setarakan dengan nikmat teh hangat pagimu
mempertemukan ucapan-ucapan diam, membiarkan nyaman saling mengecup
pada sebelumnya, di sinilah aku melafalmu hanya lewat doa-doa
di telingamu, biarkan aku menjadi suara paling sering singgah
sejak pagi hingga malam menjelang pagi lagi
dan mungkin bising dengkur saat tak sadar aku memelukmu lewat mimpi
di dadamu, sebelum anak-anak kelak menyambung hidupnya, ijinkan aku menjelajah tiap detak
mengenali debar di mana aku kau biarkan larut sampai cintaku tak mau surut
di tanganmu, di sela jemarimu, biar aku mengisi tanpa kau mintai
menggenggam hangat serupa selimut yang kau tutupkan di atas tubuhku saat aku kelelahan selepas bekerja
di kakimu, biar nanti anak-anakku menemukan letak surganya
dan mengingatkan aku supaya tak meninggalkanmu selangkah saja
semoga, kita adalah takdir yang hidup sepasang
penghuni semesta di naungan tangan-Nya
semoga..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar