Jumat, 16 Agustus 2013

Lima Menit Kemudian

11:20

Kerikil-kerikil menyentuh telapak kakiku, teramat menyengat. Sedari pagi matahari sudah berbagi terik. Semoga hari ini ada sepasang sandal butut kutemukan. Kasihan kakiku, setiap hari kujadikan penompang dan hanya kebagian lelah dan lepuhan.

Entah sudah berapa jauh aku berjalan. Sudah berapa lelah kubiarkan. Aku hanya menyusuri rel kereta, menuju entah ke mana.
Apa di depan sana ada tujuan? Apakah aku akan menemui kebahagiaan jika langkah kuteruskan? Pertanyaan demi pertanyaan menusuk-nusuk kepalaku minta jawaban. Apa aku terlihat punya jawaban? Apa aku nampak memegang keteguhan?

11:22

Matahari hampir sampai di atas ubun-ubun. Kalau tidak salah mengira, kurang dari tiga menit lagi kereta jurusan Semarang-Jakarta akan melewati rel di sebelahku. Kereta ketiga yang menuju ibukota. Ada apa di sana? Berbondong-bondong orang mendatanginya. Apa aku harus juga?

Lagi-lagi kepalaku sudah dihunjami pertanyaan yang jawabannya masih menggantung di angan awan.

11:24

Langkah masih kuteruskan, meski tujuan masih harus kucari-cari di dasar endapan. Apa yang bisa kutemukan selain ketiadaan?

Kudengar, suara gemuruh di rel. Kereta sudah dekat dari tempatku berjalan. Aku berhenti. Menanti.

11:25

Kereta lewat, tepat seperti perkiraanku. Aku melihat lokomotif begitu besar, begitu kokoh dan teramat kuat. Gerbong-gerbong penuh berisi ratusan orang menuju ibukota. Mereka memiliki tujuan.

Ah, kini aku juga punya tujuan. Kereta itu meyakinkanku untuk memilih tempuhan. Kakiku lelah, hidup juga jengah. Biar kereta itu menuju ibukota, dan aku sekarang menuju ibuku, di surga..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar