Selasa, 18 September 2012

Secangkir kopi dan teh


sore ini.. 

kopi : “masih sepi, tuanku dan puanmu masihkah sibuk menukar peluk?”

teh : “ah benar, kita menunggu saja. saling menjaga supaya tetap hangat.”

kopi : “mari kita saling bercerita tentang kebiasaan tuan dan puan kita masing-masing..”

teh : “puanku, menjadikan aku teman untuk menghabiskan pagi, setiap hari.”

kopi : “tuanku, selalu mengajakku menemani sepi, saat menulis puisi.”

teh : “puanku, lebih sering menyeduhku dengan air panas, biar sampai tubuhnya tetap hangat katanya.”

kopi : “tuanku selalu, menjerang aku dengan air panas, dia tidak suka kopi dingin, hambar katanya.”

teh : “puanku, terkadang membiarkanku dingin, ia lebih kusyuk saat membaca, aku dibiarkannya.”

kopi : “tak berbeda, tuanku tak jarang membuatku sampai mengendap sempurna, tapi dingin dan kadang ia lupa menghabiskan aku.”

teh : “pernah dicampur sesuatu? puanku kadang menambahkan lemon, dia suka rasa asamnya. dia pernah bercerita, kalau asam lemon dapat membuatnya tenang, aku tak mengerti.”

kopi : “mungkin puanmu sedang ingin menerima sakit dan menikmatinya dengan cara yang berbeda. tuanku, menambahkan susu putih, jarang sih. tapi dia suka menambahkannya waktu lapar, atau menginginkan aku dengan warna lain, selain hitam, kelam, katanya.”

teh : “kau tau, saat puanku menunggu tuanmu, ia bisa menghabiskan beberapa cangkir aku. dia selalu gelisah jika tuanmu sedang di perjalanan.”

kopi : “kalau tuanku, hampir tiap malam dia bisa menghabiskan lebih dari lima cangkir kopi, karena dia mau memikirkan puanmu, bukannya memimpikannya.”

teh : “hei, puanku pernah mencobamu, satu tegukan, tapi tidak suka. katanya kamu terlalu pahit.”

kopi : “ah, sebenarnya aku tak mau bilang. tuanku tak pernah menyukaimu, apalagi panas. membuat sesak di dadanya, maaf.”

teh : “tak apa, aku sudah tau. puanku pernah bercerita. tapi tuanmu tetap mencintai pecintaku, bukan?”

kopi : “hahaha.. iya, dia sangat mencintai puanmu. sangat. aku tau semua rasa, cintanya..”

teh : “kau tau, puanku pun sudah punya racikan sendiri untuk membuatmu, dan menyajikannya kepada tuanmu. dan seperti itulah kamu saat ini.”

kopi : “iya, tuanku sangat menyukai aku yang teracik dari tangan puanmu. terima kasih ya, katakan pada puanmu itu.”

teh : “nanti pasti kusampaikan. eh, lihat mereka telah selesai menukar peluk. sebaiknya kita kembali diam dan membiarkan tuanmu dan puanku menikmati masing-masing kita.”

kopi : “baiklah, kita biarkan mereka menjadikan kita sebagai salah satu nikmatnya.”

lalu hujan..



♬ Join kopi - Blackout )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar