Aku sedang memaknai cinta waktu itu. Ketika pertama kali aku dikenalkan oleh rasa yang membuat dada sesak, seperti dipenuhi udara yang mengandung banyak debu. Aku masih bisa bernafas, tapi tidak untuk mengolah oksigen dalam dadaku. Ada cekat di antara paru-paru dan bilik-bilik jantung.
Waktu, berpihak pada kebimbangan yang hidup di sela denyut nadi. Kamu datang dari arah yang kukira telah ditentukan Tuhan. Datangmu membawa berbagai kisah kutulis menjadi satu. Membuat dada berusaha menghidupkan satu detak di dalamnya. Hadirmu itu cinta, aku menentukan sendiri.
Jalan Tuhan memang tak pernah menyesatkan. Aku diterima pada cinta yang kutawarkan kepadamu. Dan mungkin kamu tau saat itu, beribu kupu-kupu keluar dari dadaku. Mencipta kelegaan yang selama ini rangsek di nafasku. Sepertinya aku mirip dengan anak kecil yang baru saja keluar dari pintu rumah hantu dan menemu tukang balon atau penjual eskrim. Buncahku tiba di pelukmu, berterimakasih atas bahagia yang kamu hantar dengan sangat luarbiasa; cinta.
Tetapi ini hidup. Pepatah tua mengatakan; roda terus berputar. Kebahagiaan tak selamanya bertahta. Pernah kubilang, luka adalah bagian yang menyatu dari cinta, yang bersembunyi dekat meski entah dimana. Aku diterimakan pada cinta yang menyenangkan, sampai pada akhirnya harus dipisahkan oleh keegoisan diri sendiri. Maklumkan saja dengan istilah puber.
Cinta, iya pada akhirnya harus berpisah. Kita masing-masing hanya tau, bahwa yang terjadi adalah kita hanya saling menyakiti. Kebahagiaan itu purna dari semesta, dari makna kita. Aku kehilangan dan kamu pergi. Aku tidak lagi kembali dan kamu tak juga menanti.
Ini cinta yang pertama kukenal dan yang akhirnya mengenalkanku pada sebenar-benarnya cinta adalah tidak menyakiti, apapun alasannya. Janji kita pada bintang untuk tetap menjadi terang, janji kita pada laut untuk tetap singgah di pantai, juga janji kita pada tanah untuk selalu hidup menginjak dan mati rubuh di dalamnya. Aku masih mengingat semua, terutama ketika sebuah lagu terngiang dan mengajak kenangan berdansa. Lantai dansanya pikiranku.
Aku menemukan makna cinta pertama kali di kamu, pun memungut luka pertama. Jika sampai detik ini semuanya masih jelas di ingatanku, tak berarti kau menjadi pemilik seluruh ruang panggung kehidupanku. Hanya saja, kenangan adalah mata pelajaran yang harus diterapkan gunanya di perjalanan hidup. Hidupku, juga hidupmu jika kau mau.
Terima kasih untuk cinta dan kebahagiaan yang pernah dan sampai sekarang masih kau kirim untukku, meski lewat doa seperti katamu. Semuanya sampai dan sudah menjadi bagian dari kisah yang ditulis cinta mengenaiku. Untuk luka, biarlah dadaku mengartikannya sebagai asap--sebagai pembeda mana yang tetap dibiarkan tinggal atau kembali dibuang dalam embusan.
♬ semoga saja kan kau dapati hati yang tulus mencintaimu
tapi bukan aku
( ♬ tapi bukan aku - kerispatih )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar