Kamis, 13 November 2014

Hujan di Atas Kepala

Abu-abu yang membentang jauh di langit sana telah bergulung-gulung. Tinggal menunggu kau sentuh dengan jemarimu, lalu hujan.

Rambut-rambutku akan jadi atap. Akan menjadi yang pertama menangkap segala jatuh-jatuhan hujan. Dan menyimpan semua derasan di dalam kepala, menyembunyikan segala ramai atas bulir-bulir dari atas sana. Kepalaku jadi pasar malam pada hari pertama buka. Riuh sekali.

Ini bukan lagi tik-tik-tik. Bukan hanya sekadar rintik, bukan kedip matamu yang lentik. Bukan itu.

Hujan betapa deras, sungguh telah membuahi kepala. Bahwa sebentar saja akan melahirkan anak-anak ingatan sepanjang kenangan telah berjalan.

Sementara, atap yang kupasang tak lagi sanggup meredam. Meski akan memuntahkanmu lebih lambat.

(@duetpuisi - #cerau)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar