Suara sehening apa pun akan mampu mencabik-cabik daun telingaku yang tertutup rambut. Atau sekadar bisikan yang membangunkan seluruh ingatan, seperti pagi.
Rupanya aku mengenal satu suara--yang hangat melebihi selimut tapi tidak pelukan. Aku pikir, suara itu adalah bebunyian pesan dari bibir yang meniupkan harmonika. Nada-nadanya lahir jadi tangisan bayi yang menggemaskan.
Aku sendiri tak mampu menirukannya.
Tapi semakin sering aku mendengarnya, menaruhnya di daun telinga, semakin pula aku asing oleh nadanya.
Tapi itulah suaramu, bunyi-bunyi dari pita suara yang ditelan gendang telingaku sepanjang hari. Dan aku tak pernah bisa membenci ketenangan yang sukar kuterjemahkan ini.
(@duetpuisi - #eufoni)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar