Tahukah kamu rasa sang kesepian yang berulang kali membaca seraut puisimu -- membuat kegaduhan dalam sangkar ingatan tak hendak penyangkalan. Pun pendar mesin-mesin waktu berlompatan pernah mencuri; mencari-cari tepat masa temu yang denyar.
Tiba-tiba menguak pernah disebut rindu. Berlompatan dentum dari dada berdinding batu ke dinding batu -- terhenti pada aksara terakhir, menakik pilu yang tak terlalaikan, meluntahkan ngilu dimampatkan kebas rasa.
Kini di mana kausembunyikan remah-remah cangkang penyesalan?
Semoga tidak di kepalamu, biar beda yang tumbuh. Seumpama sangkar-sangkar burung rapuh, mengapit tali jahitan yang menali-pitakan ingatan dengan deguban.
Aku menandai pilu dalam diam tubuhku, dengan telanjang kerapuhan. Memangku doa-doa. Sesekali memecahkan cangkang waktu, menengok adakah lalaimu mampat di situ.
Sungguh, tiada kepuraan tersaji dari rapuh meja dan kursi tempatku duduk dalam kesendirian tanpamu.
( @_bianglala dan @dzdiazz )
-memuisikan foto karya Jamie Baldridge-
( @_bianglala dan @dzdiazz )
-memuisikan foto karya Jamie Baldridge-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar