Selasa, 12 Maret 2013

Suatu senja

Aku sedang bersama hujan sambil mengharap senja tak mengambil ingatanku mengenaimu. Saat tiba-tiba jingga singgah di dadaku, kuharap kau melihatnya dengan seksama, dengan cinta yang kuharap masih ada. Aku, adalah kekasihmu yang terus menunggu. Membiarkan sepi jadi warna langit selain rindu. Kuanggap saja begitu.

Aku diam. Ketakutanku akan kehilanganmu, membuat cekat suaraku. Kuingat-ingat lagi pelukanmu, hangatnya memberi harapan.

Beginilah senjaku saat ini. Hanya penuh kamu sebagai ingatan. Seperti dermaga tua, di mana hening airnya memantulkan hilir mudik kapal yang bersandar atau kembali berlayar. Lalu setetes hujan jatuh membuyarkan semuanya. Selesailah.

Anak-anak hujan itu kini banjir sebagai tempias di lenganku. Lengan yang pernah membelamu dari segala dingin. Lengan yang kini tak lagi nampak tangguh karena tak berumah dekapan. Senja ini milikku sendiri. Kali lain, mampirlah kembali jika perahumu oleng. Ada secangkir teh panas akan kusiapkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar