dan, begitulah waktu berlalu secepat kedipanmu
Hujan menjatuhi bumi sisa-sisa hari
Meninggalkan lelaki asmara menghitung sendiri tunggu cintanya yang semakin purba
Lelaki asmara. Lelaki penunggu tiba yang menjadi warisannya
Desir di seluruh tubuhnya berlayar menuju laut
Apakah ada, sebuah kembali? dan pantai tubuhnya disandari perahu-perahu kecil bertajuk pulang?
Apakah ada?
Akan tetapi, detik-detik yang berulang di tubuh jam masih teguh tak membawa kembali
Pasir di antara laut dan pantai kosong, tak mampu menukar yang pergi
Dan karang di ujung dermaga memutih, selaras dengan uban di rambutku. Renta oleh waktu, menua sebab tunggu
Tidak ada yang mati, bahkan pancang dermaga. Sebab esok masih akan disampaikan harapan
Karena telinga-telinga alam maha mendengar
Jejak kaki sepanjang pantai, ialah sisa kencan sunyi tak terhapuskan
dan, oranye senja kujadikan benih atas gigih tak terpahami, "Sayang, ucapanku tentang seribu bulan adalah kesetiaan yang patut diaminkan."
~ malam hari di Indrayanti ~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar