Selamat sore, Lio..
Sudah 30 hari lebih satu hari rupanya. Senang rasanya bisa ikut proyek @PosCinta lagi. Ini keikutsertaanku yang ke-empat dalam tiap proyek yang diadakan bosse. Tukang posku selalu berganti, dan kali ini aku menitipkan suratku kepadamu.
Terima kasih sudah lelah mengayuh fixie demi mengantar surat-surat(ku) meski tujuannya entah. Ah ya, aku mau lapor, suratku tidak penuh. Satu kali di surat yang ke 29, aku absen menulis. Di proyek kali ini, bukan sekadar tulisan-tulisan baru yang kudapat, tapi juga banyak sahabat peramu kata lainnya. Sampaikan salam untuk bosse dan teman-teman tukang pos lainnya. Terima kasih. Semoga akan ada proyek selanjutnya. Aku menunggu.
Tidak banyak yang aku tulis, Lio, selain ucapan terima kasih, pun maaf telah membuatmu lelah dengan banyak sekali kata-kata.
Terima kasih, tukang posku (yang ngaku-ngaku) pacarnya Persie :p
Rabu, 13 Februari 2013
Senin, 11 Februari 2013
dari mendung
Selamat sore, @ikavuje
Akhirnya aku memberanikan diri menulis surat untukmu. Surat dengan tema siapa yang mau dijumpai di gathering nanti. Iya, aku ingin sekali bertemu dengan pemilik suara merdu itu.
Dulu, dari linikala ada yang memberitahuku mengenai the vuje. Kata dia, suara vokalisnya bagus. Aku iyakan saja tanpa mencari tahu bagaimana sebenarnya. Sampai pada akhirnya, dia menunjukkan souncloud the vuje dan memaksaku mendengar 'mendung'. Jatuh cinta pada keindahan itu sangat mudah, maka jatuh cinta kepada suaramu bukanlah hal yang harus berkali-kali aku pikirkan.
Tanggal 17 Februari nanti, seharusnya bisa jadi hari paling membahagiakan untukku. Di sana, bisa dengan mudah kutemui kamu dan mendengar kamu bernyanyi langsung di depanku. Tapi maaf, sepucuk undangan dari sahabat kecilku tentang hari bahagianya menunda kesempatan untuk menemuimu. Sebuah janji harus ditepati, bukan? Kepada sahabatku itu aku sudah berjanji hadir dalam bahagianya, dan sebagai sahabat yang baik, menepatinya adalah kebahagiaan.
Ika, semoga nanti akan ada kesempatan untuk mendengar 'mendung' langsung, bukan dari soundcloud lagi. Terima kasih untuk mendung yang kau jadikan indah dalam senandung.
Salam untuk the vuje, albumnya segera ya :)
Akhirnya aku memberanikan diri menulis surat untukmu. Surat dengan tema siapa yang mau dijumpai di gathering nanti. Iya, aku ingin sekali bertemu dengan pemilik suara merdu itu.
Dulu, dari linikala ada yang memberitahuku mengenai the vuje. Kata dia, suara vokalisnya bagus. Aku iyakan saja tanpa mencari tahu bagaimana sebenarnya. Sampai pada akhirnya, dia menunjukkan souncloud the vuje dan memaksaku mendengar 'mendung'. Jatuh cinta pada keindahan itu sangat mudah, maka jatuh cinta kepada suaramu bukanlah hal yang harus berkali-kali aku pikirkan.
Tanggal 17 Februari nanti, seharusnya bisa jadi hari paling membahagiakan untukku. Di sana, bisa dengan mudah kutemui kamu dan mendengar kamu bernyanyi langsung di depanku. Tapi maaf, sepucuk undangan dari sahabat kecilku tentang hari bahagianya menunda kesempatan untuk menemuimu. Sebuah janji harus ditepati, bukan? Kepada sahabatku itu aku sudah berjanji hadir dalam bahagianya, dan sebagai sahabat yang baik, menepatinya adalah kebahagiaan.
Ika, semoga nanti akan ada kesempatan untuk mendengar 'mendung' langsung, bukan dari soundcloud lagi. Terima kasih untuk mendung yang kau jadikan indah dalam senandung.
Salam untuk the vuje, albumnya segera ya :)
Kamis, 07 Februari 2013
semoga sampai nanti
Selamat senja, kesayanganku.
Lagi-lagi aku menulis untukmu. Akan kuceritakan tentang perjalanan kita baru saja. Mungkin ada yang kau lupa. Juga rindu-rindu yang bertalu kepadamu.
Kira-kira dua pekan sudah perjalanan kita tapaki, berdua. Setiap senja, sering kita habiskan tanpa jeda. Pun yang baru saja.
Kita. Ya, kita apa adanya. Percaya sebagai jalan. Tawa yang selalu berdampingan. Cinta jadi bekal dalam dada.
Bagaimana aku tidak bahagia, sayang? Semesta sungguh membuatku melayang, meski aku tak pernah mampu terbang. Apa kau pernah tahu, Tuhan menyinggahkanmu kepadaku? Semoga sampai nanti, sampai kau tinggal dalam hati, sampai waktu selesai kita jelajahi.
Lagi-lagi aku menulis untukmu. Akan kuceritakan tentang perjalanan kita baru saja. Mungkin ada yang kau lupa. Juga rindu-rindu yang bertalu kepadamu.
Kira-kira dua pekan sudah perjalanan kita tapaki, berdua. Setiap senja, sering kita habiskan tanpa jeda. Pun yang baru saja.
Kita. Ya, kita apa adanya. Percaya sebagai jalan. Tawa yang selalu berdampingan. Cinta jadi bekal dalam dada.
Bagaimana aku tidak bahagia, sayang? Semesta sungguh membuatku melayang, meski aku tak pernah mampu terbang. Apa kau pernah tahu, Tuhan menyinggahkanmu kepadaku? Semoga sampai nanti, sampai kau tinggal dalam hati, sampai waktu selesai kita jelajahi.
maaf pertama
Mungkin aku belum paham kebiasaanmu. Belum mengerti juga apa yang tak
kau kehendaki dalam hatimu. Maaf, jika aku masih meraba-raba sifatmu.
Dua pekan, belum cukup waktu untuk mengenalmu. Oleh sebabnya, aku mau
mengenalmu selama berwaktu-waktu.
Aku mencintaimu.
Jika ini kesalahanku yang pertama kali, maaf. Biar jadi bagianku untuk memahami. Pun jadi bagianku untuk mengerti. Bagianmu, ijinkan aku mencintaimu berkali-kali. Menghapal hatimu, sampai tahu benar hitungan detakmu.
Aku mencintaimu.
Jika ini kesalahanku yang pertama kali, maaf. Biar jadi bagianku untuk memahami. Pun jadi bagianku untuk mengerti. Bagianmu, ijinkan aku mencintaimu berkali-kali. Menghapal hatimu, sampai tahu benar hitungan detakmu.
Senin, 04 Februari 2013
untuk Shizuka
Selamat siang, Shizuka..
Masihkah Nobita menggodamu dengan bantuan Doraemon? Boleh sekarang aku menggodamu dengan selembar surat? Aku rindu menatapmu di layar kaca setiap pagi di hari minggu. Minggu pagiku sering kuhabiskan di gereja. Setiap kali sampai rumah, jam tayangmu sudah digantikan dengan acara musik yang tak begitu aku suka celoteh pembawa acaranya.
Selembar surat ini, Shizuka, hanya ingin mengungkap kekagumanku kepadamu. Kau gadis yang ayu, penurut, dan tak pernah lelah untuk belajar. Kau favoritku karena ktetekunanmu. Salam untuk Dekisugi, temanmu yang rajin pula itu.
Kau masih suka berlatih biola? Jika iya, mari kita sama-sama belajar untuk merangkai nada menjadi sebuah lagu. Mungkin saja bisa kita nyanyikan bersama, supaya Nobita iri dan Giant tak lagi bernyanyi sesuka hati dengan gaduh suaranya.
Shizuka, tetaplah jadi gadis cantik yang pintar. Jangan ikut-ikutan Nobita yang malas. Jangan pula jadi sombong seperti Suneo. Berbaik hatilah kepada semua orang, dan tetaplah lembut dengan hatimu.
Masihkah Nobita menggodamu dengan bantuan Doraemon? Boleh sekarang aku menggodamu dengan selembar surat? Aku rindu menatapmu di layar kaca setiap pagi di hari minggu. Minggu pagiku sering kuhabiskan di gereja. Setiap kali sampai rumah, jam tayangmu sudah digantikan dengan acara musik yang tak begitu aku suka celoteh pembawa acaranya.
Selembar surat ini, Shizuka, hanya ingin mengungkap kekagumanku kepadamu. Kau gadis yang ayu, penurut, dan tak pernah lelah untuk belajar. Kau favoritku karena ktetekunanmu. Salam untuk Dekisugi, temanmu yang rajin pula itu.
Kau masih suka berlatih biola? Jika iya, mari kita sama-sama belajar untuk merangkai nada menjadi sebuah lagu. Mungkin saja bisa kita nyanyikan bersama, supaya Nobita iri dan Giant tak lagi bernyanyi sesuka hati dengan gaduh suaranya.
Shizuka, tetaplah jadi gadis cantik yang pintar. Jangan ikut-ikutan Nobita yang malas. Jangan pula jadi sombong seperti Suneo. Berbaik hatilah kepada semua orang, dan tetaplah lembut dengan hatimu.
akan ada waktunya
Sore ini kita kembali bercakap-cakap sambil menatap hujan. Ada beberapa angan yang kau nyatakan dengan jujur dan penuh pengharapan. Maaf jika tadi aku harus sejenak diam. Bukan tak sama berkeinginan, tapi masih ada banyak hal yang harus kita tempuh terlebih dahulu.
Perjalanan baru saja kita mulai. Baru saja. Ada baiknya kita saling memperkenalkan diri masing-masing. Bukan tak yakin terhadapmu. Sungguh baik, jika kita mulai semuanya dengan apa adanya kita. Kamu dengan dirimu yang sesungguhnya, dan aku dengan diriku yang tak menutupi celaku yang ada. Begitu seharusnya, bukan?
Aku tidak mau nanti kamu kecewa. Aku juga tidak mau mengecewakanmu. Masih akan ada banyak hujan jatuh di dalam kita. Tanah pijakan kita takkan gersang. Semakin kita mengenal, semakin perjalanan begitu menyenangkan, dan tujuan kita tak luput dari kebahagiaan.
Akan ada waktunya, senja kita nikmati tanpa takut kita renta.
Perjalanan baru saja kita mulai. Baru saja. Ada baiknya kita saling memperkenalkan diri masing-masing. Bukan tak yakin terhadapmu. Sungguh baik, jika kita mulai semuanya dengan apa adanya kita. Kamu dengan dirimu yang sesungguhnya, dan aku dengan diriku yang tak menutupi celaku yang ada. Begitu seharusnya, bukan?
Aku tidak mau nanti kamu kecewa. Aku juga tidak mau mengecewakanmu. Masih akan ada banyak hujan jatuh di dalam kita. Tanah pijakan kita takkan gersang. Semakin kita mengenal, semakin perjalanan begitu menyenangkan, dan tujuan kita tak luput dari kebahagiaan.
Akan ada waktunya, senja kita nikmati tanpa takut kita renta.
Sabtu, 02 Februari 2013
sebenarnya untuk diriku sendiri
Apa kabar, el?
Mengenai catatan sebelas hari yang penuh mendung, kini langitmu sering cerah. Pun jika hujan, ada deras namun tetap bercahaya tegas. Sudah mampu melangkah lagi, rupanya. Selamat, el.
Ternyata luka sudah mampu kau lewati, sudah kau obati dengan caramu sendiri. Meski bekasnya masih ada, kau sudah tak lagi meringis kesakitan jika mengingatnya. Atau karena sudah ada yang merawat lagi? Keberuntungan tak pernah menjauh, ya? Bersyukurlah, el.
Sekarang, jalani saja dengan apa adanya. Tidak usah terlalu muluk-muluk bermimpi. Rangkai satu persatu yang sudah ada di anganmu. Kau tahu, Tuhan ada dalam tiap nafasmu. Ia setia meski sering cemburu jika kau lupa berdoa. Sering ditegur dengan beberapa kejadian, Ia hanya ingin menjadikanmu ciptaan yang lebih baik. Ia menyayangimu dengan cara-Nya yang luarbiasa. Bersyukurlah, el.
Jika masih ingin diam, lakukan supaya hatimu tenang. Abaikan yang tak pernah mau paham tentang kediamanmu. Carilah rumah yang membuatmu benar-benar merasa pulang.
Salam, dirimu sendiri.
Jumat, 01 Februari 2013
d109, masih ada?
Masih ingat, bagaimana kita memulainya di sana. Dengan rencana kecil mengenai tugas. Di sebuah ruang yang cukup luas untuk kita bercengkerama, tertawa, berkeluh-kesah, bahkan sempat sekali kita beradu kata dan hampir pecah dengan pukulan--meski tak terjadi.
Ruang itu masih ada. Masih diam di balik gerbang besi berkarat di pinggir jalan raya. Ruang itu diam di antara riuh laju kendaraan. Sekarang ruang itu benar-benar diam. Tapi masih bisa kurasakan geletar yang dulu pernah terjadi di sana. Masih bisa kudengar di telingaku sendiri tentang tawa kita.
Kita sepakat menyebut D109 untuk kita. Kita, siapa saja yang mau merebahkan tubuhnya di dingin lantai. Mau membiarkan telinganya mendengar cerita-cerita bahagia, atau sekadar celoteh untuk mencipta tawa. Pun juga luka jika ada yang menaruh cerita. Begitulah kita, seolah membiarkan semuanya hidup di sana. Saling merentang tangan untuk menguatkan.
Beberapa waktu yang lalu. Sampai pada akhirnya ada masa yang (memaksa) kita menjatuhkan langkah pada kesibukan diri sendiri. Terkadang aku bertanya, masih adakah kita? Yang meskipun tak pernah mengucap janji, tapi ingin untuk tetap berjalan pada kebersamaan? Masih adakah?
Jika nanti satu atau bahkan kalian semua membacanya, sesekali, pulanglah kalian kepada kita. Ruang yang membuat kita tertawa sampai lupa luka-luka. Ruang di atas bahu kita, penyedia sandar tanpa perlu diminta. Ruang di mana kita bisa merebah tanpa takut jengah dan lelah.
Aku masih di sini. Mencari ruang yang kita sebut kita. Kalian, pulanglah dalam nama kita dengan langkah paling bahagia milik kita. Semoga, kita masih ada.
.....ayo kucingan lagi :D
Ruang itu masih ada. Masih diam di balik gerbang besi berkarat di pinggir jalan raya. Ruang itu diam di antara riuh laju kendaraan. Sekarang ruang itu benar-benar diam. Tapi masih bisa kurasakan geletar yang dulu pernah terjadi di sana. Masih bisa kudengar di telingaku sendiri tentang tawa kita.
Kita sepakat menyebut D109 untuk kita. Kita, siapa saja yang mau merebahkan tubuhnya di dingin lantai. Mau membiarkan telinganya mendengar cerita-cerita bahagia, atau sekadar celoteh untuk mencipta tawa. Pun juga luka jika ada yang menaruh cerita. Begitulah kita, seolah membiarkan semuanya hidup di sana. Saling merentang tangan untuk menguatkan.
Beberapa waktu yang lalu. Sampai pada akhirnya ada masa yang (memaksa) kita menjatuhkan langkah pada kesibukan diri sendiri. Terkadang aku bertanya, masih adakah kita? Yang meskipun tak pernah mengucap janji, tapi ingin untuk tetap berjalan pada kebersamaan? Masih adakah?
Jika nanti satu atau bahkan kalian semua membacanya, sesekali, pulanglah kalian kepada kita. Ruang yang membuat kita tertawa sampai lupa luka-luka. Ruang di atas bahu kita, penyedia sandar tanpa perlu diminta. Ruang di mana kita bisa merebah tanpa takut jengah dan lelah.
Aku masih di sini. Mencari ruang yang kita sebut kita. Kalian, pulanglah dalam nama kita dengan langkah paling bahagia milik kita. Semoga, kita masih ada.
.....ayo kucingan lagi :D
Langganan:
Postingan (Atom)