ini sajak terakhir di tubuh ketiga pertemuan. sebagaimana kertas telah diadu tinta berwarna sisa, ia menyimpan rindu dan rasa sebanyak yang aku bisa. satu lagi pertemuan yang ke tiga.
lalu tentang berbagai perihal yang kau lempar -- potongan-potongan sajak sudah kujejal. kusampaikan salam kepada kau yang telah menggali tanah ini jadi laut tempat ranting-ranting tentang perihal yang kuhanyutkan berkumpul.
kau bukan belibis yang menunggu tebing-tebing batu. kau sedang membasuh waktu jadi musim panen sajak-sajak. dan aku akar kayu tua yang hampir sama dengan ranting yang hanyut ke sungai; demikian tegas menuliskan perihal hati dengan sungguh tegas.
sajak ini, kutulis dan kukirim untukmu, sebab jabat tangan belum tersampaikan jarak. bacalah dan kau akan mendengar ucap terima kasih dariku melalui angin setelah kata terakhir ini.
untuk @aa_muizz dan @acturindra atas #PuisiHore-nya