Tiba-tiba saja datang seperti hujan tanpa mendung.
Hari ini dan hari-hari selanjutnya aku menamaimu harapan.
Maka aku takkan memantraimu supaya reda.
Deraslah dan tetaplah demikian.
Adalah angin dan gemericik di tiap malam-malam.
Lalu aku cuma bisa berbincang dengan kebisingan yang menyemai hiruknya di dalam kepalaku sendiri.
Maka aku menulis; memuntahkan semua yang mual di otakku.
Menginginkanmu.
Menyerahkan hidupku ke dalam pelukanmu.
Menghitung tiap waktu bersama napasmu.
Merawat bahagia dengan menggali sedalam-dalamnya tatap matamu.
Kopiku habis dan malam menyerah kepada pagi.
Kata-kataku juga lelah menahan kantuknya.
Tetapi hujan dan harapan yang kamu tak juga reda di kepalaku.
Akan kutahan segala rindu dan ampas kopi biar jadi saksi betapa hati tak menginginkan kamu jauh dari sisi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar