Kamis, 29 Januari 2015

Kecemasanku Sendiri

Mungkin ini aneh. Aku mengirimimu surat. Dan sejujurnya ada hal-hal aneh lain sejak aku mengenalmu. Bahkan mencintaimu saja sudah cukup aneh buatku, karena kamu orang aneh yang mau paham tentang keanehanku. Hahaha...

Aku tidak akan membahas keanehan kita. Surat ini, cuma ingin mengantar kangen dan kata-kata yang mungkin lupa kukatakan waktu terakhir kemarin kita bertemu. Sesuatu hal yang entah mengapa tak juga bisa aku tulis di tiap pesan singkat yang kukirim tiap pagi, siang dan malam untukmu.

Sayang, setiap kali tiba di bandara dan melepasmu dari pelukan, ada detak yang jatuh tertinggal. Meski aku tahu, nanti aku akan pulang atau kau yang akan datang. Tapi perpisahan selalu mampu menempatkan gelisah dan rasa sesal.

Terkadang aku ingin menyobek tiket dan membuangnya ke tempat sampah, karena di sana namaku tertulis untuk meninggalkanmu. Tapi sekali lagi aku sadar dan ingat kata-katamu, "jarak akan menguatkan kalau kita saling percaya dan menjaga." Maka aku tetap melanjutkan terbang meski harus melawan ketinggian dan rasanya jauh berbeda dengan diterbangkan oleh senyumanmu.

Aku tak pernah duduk di dekat jendela. Takut melihatmu semakin kecil dan menjauh. Aku bergidik. Perpisahan kecil dan sementara yang di kepalaku bisa jadi drama waktu ingat aku bisa saja jatuh dan tak ditemukan. Aku takut kamu sedih.

Aku mengambil buku yang kubawa atau apa saja yang bisa kugunakan untuk memukul-mukul kepalaku. Mengusir drama bodoh di kepalaku sendiri. Lalu tersenyum dan mengingatmu tersenyum. Akan lebih baik kalau di kepalaku terisi kamu meski apapun bisa terjadi (aku mengetuk-ngetuk meja saat menulis kalimat ini).

Sayang, aku sudah tiba di tempat kerja. Doa dan senyummu mengantarkan aku. Kalau kamu nanti kangen, senyumlah dan telpon aku. Karena itu juga akan menenangkan aku.

I love you.

(Penempuh jarak yang kangen kamu)

1 komentar: