Begitu tiba-tiba. Siapa bisa menduga, sebab semaunya saja berubah. Burung-burung di atas pohon basah kuyup, mereka bahkan tidak sempat bertanya pada matahari sebab awan sudah lebih dulu menjatuhkan hujan. Dan aku tidak juga bisa menerka akan sederas apa jatuhnya hari ini.
Satu hal yang kini belum juga kupahami selain kekasihku adalah cuaca. Semaunya sendiri dan tak peduli apa yang sedang terjadi di bawah sini. Malahan terkadang membuatku cemburu. Hujan yang tiba-tiba dijatuhkan di kota kekasihku menyentuhnya lebih dulu dengan sering. Sementara aku di bentang jarak kuyup menahan rindu berpuluh-puluh waktu.
Teruntuk cuaca,
Seperti hidup, sungguh tak ada yang pasti. Pagi terik sekali, lalu siang sebentaran hujan deras. Senja dibuat cerah, dan malam ditidurkan dengan gerimis. Atau sepanjang hari hujan, sampai-sampai ada yang lupa mengangkat luka yang hampir saja kering jadi basah lagi dan tak sembuh-sembuh. Kini kau tak lagi patuh pada musim.
Cuaca,
Kau boleh terik dan aku boleh rindu kekasihku.
Kau boleh hujan dan aku boleh rindu sedalam-dalamnya pada kekasihku.
Kau tidak boleh cemburu, lalu mengirim petir yang akan mengagetkan lamunanku atau menakuti kekasihku.
Kau boleh berubah semaumu dan aku akan tetap rindu kekasihku di sana.
Salam,
Yang tak pernah takut terik atau hujan.